Melepas batu yang mengikat tubuh


01

Suatu hari seorang pemuda menemui seorang pertapa. “Wahai pertapa yang bijak, apakah yang harus kulakukan untuk bisa maju dan melupakan masa lalu?”, tanyanya ketika bertemu pertapa ini.

Lalu pertapa yang dikenal bijak ini memintanya bercerita dan keluh kesah apa yang membuatnya berpikir demikian. Setelah selesai bercerita, sang pertapa berkata pada pemuda ini.

“Anak muda, mulai besok setiap hari datanglah padaku. Tetapi, aku memintamu mengikat sebuah batu yang besar dengan tali dan menariknya sampai kesini. Jangan bertanya apa-apa padaku dulu. Lakukan saja”.

Pemuda ini pulang dengan bingung. Continue reading

Menjadi diri sendiri itulah cantik sesungguhnya


free-cool-girl-behind-the-mask-wallpaper_1440x900_84515

Suatu hari, seorang wanita muda dengan kacamata agak tebal menghias wajahnya ingin mencari kekasih. Lalu ia mendatangi sebuah biro jodoh yang tidak jauh dari rumahnya.

Setelah mengisi formulir dan memenuhi syarat yang tertera, dia pun diberi sebuah alamat tempat pertemuan dengan seorang pria yang kebetulan mempunyai kriteria yang dicarinya pada wanita muda ini.

Continue reading

5 Menit lagi


time-clock

“Hai, selamat sore…, bolehkah saya bergabung duduk disini? “, sapa tanya seorang ibu muda yang berpenampilan sederhana tapi menarik. “Hai juga, silakan…”, jawab pria setengah baya ini dengan senyuman yang ramah.

“Sepertinya saya jarang melihat Anda disini, apakah Anda pindahan baru disini?”, tanya ibu muda ini  kembali. Pria setengah baya ini tersenyum, “Saya orang lama disini, hanya saja saya jarang datang kesini”.

“Oh begitu, kalau saya hampir setiap sore membawa putri saya dan menemaninya bermain disini. Oya, maafkan kelancangan saya karena lupa memperkenalkan diri. Nama saya Katie”.

Continue reading

Paku, kayu dan meja


paku

“Rasanya aku sudah tidak bisa bersamanya lagi”, kata seorang wanita pada ayahnya. “Dia bagaikan paku yang selalu menyakitiku dan meninggalkan bekas lubang luka didadaku”, lanjut wanita ini lagi dengan suara terisak.

Sang ayah hanya tersenyum. Dipeluknya anaknya yang sedari tadi terlihat emosi. Setelah itu ia melanjutkan pekerjaannya hendak membuat meja.

“Apa yang harus kulakukan ayah? Aku bingung…”, tanyanya sambil menahan tanggis. Continue reading

Anak kaya dan anak jalanan


Neglected_beggar_android_kid_by_stormxxx

“Bolehkah aku meminta sepotong kuemu?”, tanya seorang anak jalanan pada seorang anak didepan gerbang sekolah. Rambutnya kusut dan bajunya kumuh. Tubuh dan wajahnya basah oleh cucuran keringatnya. “Siapa kamu? Kok minta kueku?”, tanya anak berseragam sekolah. Dari logo diseragamnya yang bergambar burung elang dengan perisai dikakinya mengatakan bahwa anak ini berasal dari sekolah kelas atas.

“Aku hanyalah anak jalanan, aku lapar. Bolehkah aku meminta sepotong kuemu?”, tanya anak jalanan ini lagi tersenyum ramah sambil tetap mengulurkan tangannya berharap sepotong kue itu akan diletakkan diatas telapak tangannya yang terlihat banyak bekas luka. Continue reading

Kehidupan itu seindah taman bunga


Macro-photography-of-flowers-in-the-garden

“Apa sajakah warna bunga ditaman diluar sana?”, tanya seorang pemuda pada teman barunya yang terkenal gaul selalu berkacamata hitam.

Pemuda ini terbaring lemah dengan beberapa selang-selang kecil yang menembusi tanganya. Ia mencoba bunuh diri karena menurutnya dunia tidak pernah adil padanya. Dan itu “dibuktikannya” dengan kehilangan segalanya. Pekerjaannya. Uangnya. Bahkan pasangannya.

“Bunga-bunga diluar sana sangat indah teman. Aku sangat menyukainya. Mereka berwarna-warni seperti kehidupan. Aku selalu keluar untuk menikmatinya. Makanya, kamu harus cepat sembuh sehingga bisa sama-sama menikmatinya”, jawab teman gaul ini tersenyum ramah dan mulai bercerita.

Hari-hari berlalu tanpa terasa. Teman gaul ini selalu datang menceritakan hal yang indah yang ia lihat ditaman. Suatu hari, pemuda ini yang masih tertekan tiba-tiba menjadi marah. Continue reading

Kucing dan semangkok susu


day-101-cat-drinking-milk

Suatu hari, ada dua ekor kucing yang sedang berdebat. Yang satu berpostur besar dan bulunya berwarna hitam pekat. Yang satu berpostur kecil dan bulunya berwarna keabuan.

“Tidak! Aku tidak akan bisa menerima ide bunuh dirimu yang mencari makanan direstoran mewah didepan sana. Apakah kamu tidak sadar sudah berapa banyak saudara kita yang pulang dengan bekas luka ditubuhnya? Bahkan beberapa kehilangan anggota tubuhnya”, jawab kucing berbulu hitam sinis.

“Tetapi apakah kamu tidak bosan dengan keadaan kita sekarang? Yang bertahun-tahun tidak ada perubahan dan makin menyedihkan? Untuk mendapatkan makanan saja kita harus menunggui sampah yang dibuang dan mengalir kesungai ini”, balas kucing berbulu keabuan. Continue reading

Kamu tidak memakan cangkirnya, kamu meminum tehnya.


tumblr_mdfu3mmUG61rnz60oo1_500

Suatu hari, empat sahabat baik yaitu Amir, Amat, Budi dan Andi mengadakan reuni bersama setelah sekian tahun tidak bersua. Mereka mengadakan reuni disebuah cafe favorit mereka sejak masih muda.

Dalam perbicangan mereka, diketahui mereka telah menjadi pengusaha yang sukses. Amir sekarang berbisnis bahan-bahan bangunan. Amat mempunyai restoran dimana ia tinggal. Budi meneruskan mini market orang tuanya, dan Andi adalah seorang pengembang yang cukup dikenal.

Tetapi, dalam perbincangan mereka juga, kebanyakkan yang diperbicangkan bukanlah tentang bisnis itu sendiri ataupun kenangan-kenangan berharga ketika mereka masih berstatus muda dan berjiwa petualang. Yang diperbicangan dan malah saling “membanggakan” adalah keluhan dan ketidakbahagiaan mereka. Continue reading

Suami dan dua buket bunga


flowers_pink_tulips_bouquet-0208

“Untuk apa bunga ini? Tanya Michelle bingung memandangi suaminya Mike.

Wajah Mike berseri-seri, senyumnya indah bagaikan pelangi diangkasa. Dengan kecupan hangat Mike mengecup pipi istrinya. “Bunga ini untukmu sayang”, jawab Mike dengan mata terlihat berkaca-kaca.

Istrinya tersenyum manis, lalu bertanya, “Iya sayang, lalu bunga yang satu ini untuk apa?”. Mike tertawa kecil, dilihatnya putrinya yang memasuki usia 17 tahun menghampiri mereka. “Ini untuk malaikat kecil kita”, jawab Mike langsung memeluk Angela.

Bingung dan bahagia, itulah yang dirasakan oleh istri dan putrinya. Tetapi Mike hanya menjawab kebingungan mereka dengan tawa kecil yang terdengar sangat bahagia. Karena penasaran, istrinya bertanya lagi, “Sayang…, ulang tahun pernikahan kita kan masih lama, dan ulang tahun putrimu juga sudah lewat. Jadi sesungguhnya ini bunga untuk apa?”.
Continue reading

Lebih berbahagialah: 7 hal yang membuatmu lebih bahagia


510459988_1a1362114b

7 hal yang membuat lebih bahagia

  1. Berbahagialah
    Jika Anda ingin merasa bahagia, maka berbahagialah. Apakah itu dengan mengenang kembali moment-moment yang membuat Anda bahagia. Apakah itu membaca buku-buku yang membuat Anda bahagia. Apakah itu berbagi dengan sesama. Apakah itu mendengarkan lagu yang membuat Anda kembali ceria, ataukah meminum secangkir kopi favorit Anda dan berbahagia. Lakukanlah dan jangan menunggu.
  2. Berhentilah merampas kebahagiaan Anda sendiri
    Seringkali kita melihat dan berpikir, bahwa jika mempunyai mobil mewah seperti pak Anton kita pasti bahagia. Jika kita mempunyai rumah seindah pak Budi kita pasti bahagia. Jika kita mempunyai suami seperti ibu Lily kita pasti bahagia. Dan tahukah Anda, ketika Anda berpikir seperti itu walaupun barang sebentar, Anda baru saja merampas kebahagiaan Anda sendiri.
    MungkinAnda tidak menyadarinya, betapa diluar sana justru banyak yang ingin menjadi seperti Anda. Continue reading

Membeli kebahagiaan


door-emotion-feeling-happiness-shop-sign-Favim.com-59051

Suatu hari, seorang pria memasuki sebuah toko yang bertuliskan BAHAGIA. Penjaganya adalah para malaikat Tuhan yang bertugas memberi kebahagiaan.

Pria: Aku ingin membeli bahagia.
Malaikat: Baiklah, dan menurut bahagia seperti apa yang kamu inginkan?

Pria: Aku ingin kaya dan sukses. Aku pasti bahagia kalau sudah seperti itu.
Malaikat: Baiklah.  *sambil tersenyum ramah.

Besoknya pria ini langsung kaya dan sukses. Dia memiliki berbagai mobil mewah dan rumah selayaknya istana. Perusahaannya berkembang pesat dan dikenal oleh dunia. Tetapi, setahun kemudian pria ini mendatangi toko Bahagia para malaikat kembali. Continue reading

Oto, simobil tua


Oto adalah sebuah mobil tua yang dulu selalu dibanggakan oleh tuannya. Warna bajunya yang biru angkasa sudah luntur, terkelupas dan penuh noda coretan dimana-mana. Walaupun begitu, Oto masih terbilang cukup kuat untuk ukuran mobil tua.

Dengan senyuman hangat sehangat matahari pagi yang menghangati pagi, Oto sedang melihat tuan dan putrinya bermain dengan Jenny. Jenny adalah mobil mewah keluaran terbaru yang sangat canggih, warnanya cling-cling dan bentuk bodynya membuat mata yang memandang iri.

Oto dan Jenny adalah nama pemberian tuan mereka. Tuan mereka yang dikenal bernama Mike adalah seorang pengusaha yang sukses. Kisahnya bagaimana ia menjadi sesukses sekarang adalah kisah tersendiri yang hanya Oto yang tahu. Continue reading

Kupu-kupu dan lebah


ugly_bee_by_dadina

“Mama…”, panggil Bee pada ibunya.

“Maa…maaaa….”, panggil lagi ia pada ibunya. “Ada apa sayang?”, tanya sang ibu berlari kecil menghampiri putrinya. Matanya berkaca-kaca dan terlihat Bee sedang menahan tanggisnya. “Aku mau jadi kupu-kupu!”, kata putrinya langsung memeluk ibunya dan menanggis.

Sang ibu hanya membelai putri kecilnya tanpa berkata apa-apa. Ia membiarkannya menanggis dulu sepuasnya. Setelah puas menanggis, sang ibu dengan penuh cinta bertanya, “Apa yang membuatmu sedih sayang? Dan mengapa kamu ingin menjadi kupu-kupu?”.
Continue reading

Pengusaha kaya dan anak-anak


Disebuah kota yang ramah, hiduplah seorang pengusaha yang sangat kaya. Ia mempunyai puluhan mobil mewah. Rumahnya besar indah selayaknya istana. Tetapi sayangnya, pengusaha ini terlihat tidak begitu bahagia. Yang dilakukannya hanyalah bekerja, bekerja dan bekerja untuk melimpahkan lagi, lagi dan lagi segala kekayaannya.

Suatu malam, pengusaha kaya ini masih bekerja menyelesaikan pekerjaannya dikamar kerja kesukaannya. Tidak begitu besar dan terlihat klasik juga tua. Hanya satu jendela didepannya untuk sekedar menikmati pemandangan diluar jika ia penat bekerja.

Ketika sedang asyik bekerja, pengusaha kaya ini mendengar suara anak-anak kecil bermain diluar. Karena penasaran dan sekedar ingin melepaskan ketegangan pikiran dan badan, pengusaha kaya ini mengintip dari jendelanya.

Dilihatnya disana, didepan tamannya yang ditumbuhi warna-warni bunga dari segala penjuru dunia, yang dipagar besi-besi tinggi dan kawat berduri, ia mendapati anak-anak tertawa kecil bermain disana. Karena penasaran dan merasa takut bunga-bunga mahal yang telah dikumpulkannya dari segala pelosok dunia akan dipetik dan rusak, pengusaha kaya ini berlari kecil menuju kesana.

“Apa yang kalian lakukan disini?”, tanya pengusaha ini mencoba ramah walaupun wajahnya seperti menahan amarah. Napasnya ngos-ngosan karena berlari. Anak-anak yang bermain didepan taman tersebut hanya tersenyum. Mereka tidak tahu bahwa mereka mungkin akan dihukum.

“Maaf tuan, kami hanya menari disini tuan. Setelah itu aku dan adikku akan pulang”, jawab anak laki-laki kecil ini yang ternyata kakak dari seorang anak yang lebih kecil darinya. “Lalu mengapa kalian menari disini? Tahukah ini sudah jam berapa? Kalian bisa saja terluka oleh kawat-kawat berduri itu”, kata pengusaha ini menasehati.

“Sekali lagi maafkan kami tuan, adikku sangat menyukai bunga-bunga ini. Jadi dia kubawa kesini untuk melihatnya. Dan aku mengajarinya menari sambil bernyanyi supaya lebih menikmatinya”, jawab sikakak sambil kembali mengajari adiknya.

“Tetapi, tetapi mengapa malam buta begini?”, tanya pengusaha ini bingung dan mulai bangga karena anak-anak sekecil mereka bisa mengerti betapa indahnya bunga yang dimilikinya. Sikakak tersenyum. Katanya.

“Tuan yang baik, pagi hari aku mengantar koran bersama adikku sekalian sambil menawarkan baju yang ingin dicuci. Setelah itu baju-baju yang kudapatkan kuberikan pada mamaku untuk mencucinya. Mamaku sudah tidak bisa jalan lagi. Jadi aku dan adikku berusaha membantunya. Dan setelah selesai mengantar baju-baju itu, aku langsung kesini dan mengajak adikku ini”.

“Tuan yang baik, kami meminta maaf jika kami telah mengganggu tuan bekerja. Tapi adikku ini kata dokter hanya bisa menemaniku satu tahun saja. Ketika kutanya pada mama mengapa harus begitu dan mengapa adikku harus tidur lama setelahnya, mama hanya menganggis dan memelukku agar menjaga adikku sungguh-sungguh dan selalu membuatnya tertawa”.

Pengusaha kaya ini terkejut dengan jawaban sikakak. Dengan suara pelan dan penuh kasih sayang, pengusaha kaya ini bertanya, “Mengapa mamamu berkata begitu?”. Sikakak tersenyum. Lalu dibukanya jaket lusuh itu dari tubuhnya. Dengan cekatan dia memeriksa setiap sakunya. Kemudian dia memberikan surat itu pada pengusaha kaya ini.

“Aku tidak tahu tuan, mama menanggis setelah melihat surat itu. Ketika mama mengoyaknya dan membuangnya, aku kumpulkan bersama adikku dan melekatkannya kembali. Tetapi aku tidak tahu apa isinya. Yang aku tahu dikertas itu ada angka yang banyak nolnya”, jawabanya polos.

“Dan kakak tidak pandai berhitung…”, jawab adik perempuannya mengodanya disertai tawa mereka yang lepas dan begitu bahagia. Lalu mereka melanjutkan menari.

Pengusaha kaya ini menutup mulutnya. Surat itu pelan-pelan basah dijatuhi tetesan air. Malam itu bulan bersinar indah dan bintang-bintang terang benderang. Ternyata, tetesan itu adalah tetesan air mata dari pengusaha kaya. Siadik menderita kelainan jantung, dan untuk itu ia perlu biaya yang sangat mahal. Yang lebih menyedihkan, sianak perempuan kecil ini jika tidak segera dioperasi akan segera meninggal.

Dengan suara yang tertahan dan terisak, pengusaha ini bertanya pada mereka. “Namaku siapa sayang?”. Sikakak tersenyum. “Namaku Mike tuan, dan ini adikku Angela”, jawab sikakak membuka topi kecilnya memberi hormat memperkenalkan diri, dan siadik menaikkan gaunnya yang lusuh penuh tambalan sedikit membungkuk selayaknya seorang putri.

“Sayang, mamamu sekarang dimana?”, tanya pengusaha kaya ini ramah dan penuh cinta pada siadik. Diberikannya dan dipakaikannya jaket mahal merk terkemuka dunia itu pada mereka untuk menghangatkan tubuh mereka sekenanya.

“Mama dirumah tuan.  Disana…, mama sedang menjahit”, tunjuk sikakak kesebuah lorong yang gelap. Setahu pengusaha kaya ini, lorong itu adalah tempat pembuangan barang bekas dan sampah. Dan mereka menyebutnya ruman? Dengan mata dan wajah yang masih basah, pengusaha kaya ini bertanya lagi.

“Sayang…, mengapa kamu bisa tertawa, menari dan begitu menikmati malam ini? Sedangkan aku sendiri setiap hari sangat kelelahan dan untuk tertawa saja harus dibeli. Apa rahasianya? Kalau ada bolehkah aku memintanya?”, tanya pengusaha ini berlutut sambil memegangi tangan keduanya.

Sikakak melihat adiknya. Mereka sepertinya bingung dengan maksud sipengusaha kaya. Lalu adiknya memberi hormat selayaknya putri raja dan berkata.

“Tuan, aku dan kakakku bukan hanya malam ini menari dan bermain disini. Tapi sudah lama sekali. Aku dan kakakku sering melihat lampu diatas sana terang, jadi kami menari disini supaya tuan bisa melihat dan merasa terhibur”, kata siadik sambil menunjuk kamar kerja pengusaha kaya tersebut.

“Kata mama, tuan dulu pernah menolongnya ketika sakit. Dan kata mama kalau tuan tidak menolongnya mama sudah ikut papa kesurga. Aku tidak tahu tempat apa itu, tapi kata mama itu tempat yang sangat bahagia dan papa bahagia sudah disana”.

“Kata mama juga tuan pasti sudah lupa, tapi mama tidak pernah melupakan kebaikkan tuan. Itulah mengapa kami selalu bermain disini dan menari supaya tuan terhibur. Kata mama, kebaikkan orang tidak boleh dilupakan seumur hidup…”.

“Lalu mama berkata juga…”, potong sikakak sambil memeluk adiknya dan menuntunnya agar duduk sebentar. Adiknya terlihat sedikit ngos-ngosan karena pengaruh jantungnya yang lemah.

“Mama berpesan agar SELALU TERTAWA apapun kondisinya. Karena dengan tertawa mama juga tertawa. Aku sering mendapati mama menanggis malam-malam sambil memeluk adikku kalau hendak tidur. Dan aku berjanji aku akan selalu membuat mama tertawa. Dan caranya adalah dengan selalu tertawa walaupun aku pernah mau menanggis dan dipeluknya ketika aku ditabrak sepeda dulu. Aku takut ketika aku mengatakannya akan membuat mama semakin sedih”, lanjut sikakak sambil memperlihatkan dahinya yang ada bekas luka cukup lebar disana. Setelah itu dia menutupinya dengan rambut panjang itu dan ditambahi topi.

“Tuan, aku dan adikku sangat berterimakasih pada tuan karena kebaikkan tuan sehingga mama kami masih bersama kami dan tidak mengikuti papa yang kata mama sudah tidak bisa pulang…”, kata sikakak memberi hormat lagi dibarengi siadik.

Dipeluknya kedua malaikat kecil itu. Dengan air mata yang semakin deras membasahi wajahnya, pengusaha ini berterimakasih entah berapa puluhan kali.

Akhirnya ia mengerti mengapa ia semakin hari semakin tidak bahagia, itu semua karena ia terlalu memfokuskan pada dirinya dan kelimpahannya. Akhirnya ia menyadari mengapa kebahagiaan itu harus berbagi, itu semua karena dengan berbagi kita jadi mengerti apa itu yang disebut cinta kasih.

Kebaikkan dulu yang pernah dilakukannya karena ketulusan hati pada seorang ibu, kini dibalas berkali-kali melalui pelajaran kecil yang disampaikan dengan penuh ketulusan. Mungkin anak-anak ini tidak memberi dia kekayaan yang semakin berlimpah, tetapi dengan ketulusan dari mereka, pengusaha kaya ini mengerti bahwa KEBAHAGIAAN TIDAK BISA DIBELI, kebahagiaan itu TULUS, dan kebahagiaan itu DIBAGI.

Setelah barang beberapa menit, pengusaha ini berkata pada mereka. “Sayang…, maukan kalian tinggal bersama aku? Nanti kita ajak mama kalian juga ya?”. Sikakak tersenyum. “Tapi kami tidak punya uang untuk membayar tuan…”. Siadik juga mengangguk mengiyakan.

Pengusaha kaya ini tertawa kecil. “Tidak perlu yang namanya uang, malahan uang yang aku kumpulkan akan kubuat rumah-rumah untuk malaikat-malaikat kecil baik seperti kalian”, jawabnya.

“Benarkah tuan? Nanti buatkan taman kayak ini juga ya? Aku suka sekali dan sebagai balasannya nanti kami ajari tuan menari”, teriak kecil diadik kegirangan. “Iya…, iya…, janji ya tuan?”, tanya sikakak menyambung dengan mata berbinar-binar.

“Iya sayang, aku janji. Sekarang kita ketempat mama kalian ya…”, peluk pengusaha kaya ini penuh cinta.

Seringkali, kita secara tidak sadar menganggap dengan semakin berkelimpahan kita akan semakin bahagia. Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Tetapi mau tidak mau kita harus akui, semakin kita beranggapan seperti itu, kita akan semakin tidak bahagia. Kita mendefinisikan kebahagiaan itu – tanpa kita sadari – ada syaratnya.

Kebahagiaan itu TULUS. Ia tidak bisa dibeli, tapi selalu berbagi.

Seringkali juga, kita seperti pengusaha yang kaya. Kita selalu bekerja dan mencari ARTI BAHAGIA, hingga suatu saat kita menyadari bahwa ada “anak-anak” diluar jendela yang sedang menari dan tertawa. Padahal mereka telah “menari” sekian lama, tetapi karena kesibukkan mencari kita, kita lupa bahwa “anak-anak” itulah sedang ingin memberitahu apa itu bahagia.

“Anak-anak” itu kita sebut sebagai HATI.

Ingatlah, kebahagiaan itu bukan berasal dari luar. Apakah itu berupa materi, status diri, raga yang sexy ataupun pasangan yang membuat iri. Kebahagiaan itu berasal dari HATI. Dan ketika hati itu telah dibutakan oleh hal-hal duniawi, maka bahagia itu juga akan pergi sampai kamu BERHENTI mencari dan memandangi sebentar jendela diluar diri.

:)

Aku dan diari putri kecilku


“Daddy, besok kan hari minggu…, bawa aku main ketaman ya?”, tanya Angel sambil tersenyum manis pada ayahnya ketika sang ayah sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya didepan komputer diruang kerjanya.

“Daddy tidak bisa sayang. Daddy banyak kerjaan…”, jawab sang ayah dengan suara kecil dan pelan. Matanya tidak lepas dari monitor komputernya. “Tapi daddy kan sudah bilang minggu ini mau ajak aku main ketaman…”, kata Angel sedikit merengek dan memeluk ayahnya dari belakang. Dan, “Busss…”, bunyi suara sesuatu yang hangus. Secangkir kopi panas diatas meja kerja tumpah.

“KELUAR!!”, teriak keras sang ayah sambil mengepalkan kepalannya. Angel yang melihat ayahnya begitu marah jadi terdiam. Wajahnya sangat ketakutan. Kakinya gemetar. Ia ingin lari tapi tidak mempunyai kekuatan sama sekali.

“Aku bilang keluar!! Tahukah apa yang telah kamu lakukan? Itu perkerjaan daddy yang telah berhari-hari daddy kerjakan. Tanpa itu, daddy tidak akan bisa menghasilkan uang. Dan tidak ada uang artinya kamu tidak bisa makan. Tidak bisa sekolah bahkan tidak bisa tinggal disini lagi karena tidak ada uang sewa. Itukah yang kamu inginkan? Sekarang cepat keluar dan jangan pernah masuk ruangan ini lagi.”.

Setahun telah berlalu sejak kejadian itu. Angel yang dulunya ceria dan selalu manja pada ayahnya terlihat sedikit berbeda. Ia masih bersekolah. Ia masih bermain dengan dengan teman-temannya. Tetapi keceriaan itu telah berkurang sejak kejadian diruang kerja ayahnya.

Sejak kejadian itu juga, Angel jadi jarang  menyapa ayahnya. Bukan hanya karena ia takut tetapi dia tidak ingin membuat lagi ayahnya marah. Angel telah kehilangan ibunya sejak ia masih belia, ayahnyalah yang selama ini merawatnya dan ia sangat mencintai ayahnya.

Kini, kehidupan mereka mulai membaik dibandingkan kehidupan mereka yang sebelumnya. Mereka sekarang bisa tinggal dirumah yang lebih layak. Angel bahkan mempunyai seorang pembantu bernama Maria yang siap mengurus semua kebutuhannya. Ayahnya seperti biasanya tetap bekerja keras demi menghidupi keluarga kecilnya.

Suatu hari, Angel memberanikan dirinya menemui ayahnya ketika sedang asyik menonton siaran TV dikamarnya. “Daddy…”, panggil Angel pelan takut mengganggu ayahnya. “Iya sayang? Ada apa?”, tanya ayahnya dengan suara datar.

“Mulai besok Angel kesekolah sendiri saja ya. Angel bersama teman-teman Angel janjian mau kesekolah sama-sama, jadi daddy tidak perlu mengantar Angel lagi dan bisa menghemat waktu ayah…”, katanya dengan suara yang agak kecil dan pelan. Ayahnya melihatnya tajam.

“Kalau itu keinginanmu baiklah. Dan ya, daddy bisa menghemat banyak waktu tidak mengantarmu sehingga daddy bisa memanfaatkan  mengerjakan perkerjaan daddy”, jawab ayahnya mengiyakan sambil melanjutkan tontonannya. Angel tersenyum manis. “Terimakasih daddy…”, katanya sambil pamit kembali kekamarnya.

Berbulan-bulan telah berlalu, Angel dan ayahnya semakin  jarang saling menyapa. Pagi hanya diisi sarapan dalam kesunyian tanpa kata-kata dan pertemuan kembali larut malam dimana Angel telah lelap dalam tidurnya.

Suatu malam, Angel berjalan pelan kekamar kerja ayahnya. Ketika sampai didepan pintu, tangan dan kakinya gemetaran. Ada yang ingin Angel sampaikan pada ayahnya, tetapi setiap kali tangannya hendak memegang gagang pintu, keringat selalu membasahi tubuhnya. Kali ini, ia merasakan keringatnya lebih banyak.

Angel mengambil napas panjang, lalu dihembuskan. Diambilnya napas lagi, lalu dihembuskan. Itu dilakukannya berkali-kali. Setelah terkumpul cukup keberaniannya, Angel mencoba sekali lagi membuka pintu,  tetapi terhenti disana lagi. Ia merasa matanya agak berat dan pandangan mulai kabur. Ia mengosok-gosok matanya dengan kedua tangannya. Ia lalu menyeka keringatnya yang cukup banyak diwajah. Lalu diambilnya napas lagi, dihembuskannya. Katanya, “Oke, aku pasti bisa dan daddy pasti senang…”. Dan, “Brukkk…”, suara sesuatu jatuh.

Ketika pintu itu dibuka, betapa terkejutnya sang ayah. Ternyata suara itu adalah suara Angel jatuh pingsan didepan pintu. Ayahnya yang sedang berada didalam bekerja mendengar suara yang cukup keras dan mencari asal suara itu, dan ternyata ia menemukan putri satu-satunya tergeletak dengan muka pucat dan bibir terlihat biru.

Suara sirene ambulan malam itu membangunkan para tetangga. Ayah Angel terlihat begitu panik dan cemas sekali. Lalu dengan cepat mobil ambulan itu berlalu membawa mereka kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, Angel dibawa pada ruang ICU dan diperiksa oleh dokter yang menanganinya. Ayahnya hanya bisa menunggu diluar sambil berdoa dengan air mata yang tidak juga berhenti sejak diambulan yang membawa mereka.

Setiap detik serasa sejam, ayahnya begitu cemas. Pengalaman lalu saat kehilangan ibunya atau istrinya sudah sangat menorehkan luka yang dalam. Dan kini, putri kecilnya sedang berjuang. Ketika lampu diatas pintu ruang ICU padam, ketika dokter dan suster yang menanganinya keluar, sang ayah melompat dan langsung menangkap tangan dokter yang sedang bergumam.

“Ba…, bagaimana keadaan putriku? A…, a…, apakah… dia baik-baik saja? Mohon selamatkan putriku dokter…, aku mohon….”, pinta sang ayah tiba-tiba mundur beberapa langkah langsung berlutut memohon dan sambil menyembah. Melihat tingkah sang ayah, dokter dan suster segera menahannya dan memintanya agar berdiri. Tapi sang ayah tetap saja menyembah seakan tidak mendengar apa-apa.

“Tuan, anda tidak perlu melakukan ini semua, tenanglah…, putrimu baik-baik saja. Ia hanya kelelahan dan kedinginan saja. Istirahat beberapa hari sudah baikkan.”, jawab dokter sambil tersenyum ramah dan membantunya berdiri. Betapa bahagianya sang ayah mendengar hal itu. Setelah mendapat ijin dokter dan entah berapa kali bungkukan badan berterimakasih, sang ayah langsung mengunjungi putrinya.

Dilihat wajah cantik putrinya yang terlelap. Cantik. Cantik sekali. Entah sejak kapan dirinya mulai tidak menyadari kecantikkan itu. Padahal mereka tinggal bertahun-tahun lamanya pada atap yang sama. Dibelainya wajah putrinya dengan lembut dan penuh cinta.

“Maaf tuan, ini barang putrimu yang tadi kami termukan dibajunya. Sepertinya tuan perlu menyimpannya”, sapa seorang suster yang sejak tadi membereskan kamar disana. Sang ayah mengangguk mengiyakan dan berterimakasih. Lalu suster itu berpamitan meninggalkan mereka.

Dilihatnya buku kecil yang diberikan suster itu padanya. Buku kecil yang tidak asing baginya. Disampul depannya tertulis My Wish yang artinya Impianku. Dengan tangan yang masih gemetar, sang ayah membuka buku kecil itu yang sebenarnya diari Angel putrinya. Tulisannya terlihat tumpang tindih dan agak berantakan, tapi rapi dan terawat bersih.

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Daddy sangat marah padaku karena aku telah merusak komputernya. Daddy benar-benar marah dan aku tahu itu salahku. Tetapi aku tidak membenci daddy, daddy pasti sangat sedih karena mommy belum pulang. Dan daddy harus bekerja keras untuk menabung supaya dapat uang dan mengirimkan uang itu pada mommy sehingga mommy bisa pulang.

Air mata mulai membasahi matanya. Dia ingat itulah kata yang diucapkannya pada putrinya ketika putrinya bertanya mommynya kemana. Karena masih kecil dan dirinya tidak pandai menjelaskan, dia terpaksa mengarang cerita bahwa mommynya ada diluar jauh nun disana dan perlu uang untuk pulang kerumah. Untuk itulah dia harus bekerja siang dan malam.

Lalu sang ayah membuka lembaran halaman selanjutnya.

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Sejak merusak komputer daddy, aku berjanji tidak akan menganggu daddy kerja lagi. Aku tidak akan masuk keruang kerja daddy lagi. Aku akan membantu daddy menabung juga walaupun aku tidak tahu bagaimana caranya.

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Akhirnya aku menemukan caranya, aku membeli kue bibi Anna yang dikantin dan kujual pada teman-temanku. Hasilnya lumayan untuk kutabung. Aku juga menabung uang jajan yang daddy berikan padaku sehingga lebih cepat terkumpul. \(^o^)/

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Daddy memberikanku buku diari ini. Aku senang sekali. Tapi karena daddy sedang sibuk, aku tidak berani memeluknya dan berterimakasih. Terimakasih ya daddy walaupun daddy tidak bisa mendengarnya. Aku senang sekali. Aku sayang daddy. (^*^) mmmuaccchh….

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Aku meminta pada daddy agar tidak perlu mengantarku lagi kesekolah, jadi daddy bisa manfaatkan waktunya untuk bekerja. Aku juga bisa menjual kue-kueku lebih pagi dan lebih banyak kepada teman-temanku (^_^)

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Kak Maria mendapati aku menjual kue disekolah. Dia memarahiku mengapa aku harus menjual kue-kue itu padahal uang jajanku sudah lebih dari cukup untuk memenuhi semua kebutuhanku. Aku katakan padanya agar tidak mengatakan pada daddy dan aku jelaskan mengapa.

Aku bingung, kak Maria hanya menanggis mendengar ceritaku dan memelukku. Setelah itu dia membantuku menjual kue-kueku. Bahkan kak Maria membuatkanku kue sendiri sehingga aku bisa menjualnya dan bisa menabung lebih banyak. Aku senang sekali. Terimahkasih kak Maria… (^_^)

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Kakiku sakit sekali dan ada darah disepatuku. Kak Maria yang mengetahuinya begitu cemas dan membalut dan mengobati lukaku. Kak Maria juga marah padaku agar jangan menjual kue dan memaksakan diri lagi. Padahal sakit itu sudah biasa bagiku.

Aku tidak mau membuat kak Maria cemas, jadi aku beberapa hari tidak menjual kueku. Sedih rasanya karena aku tidak bisa jualan dan tidak bisa menabung (T_T).

Tanggal xx bulan xx tahun xxxx

Akhirnya, tabunganku cukup. Aku senang sekali. Malam ini, aku akan mengantarkannya pada daddy tabunganku. Semoga dengan tabungan itu aku bisa membayar daddy satu hari agar bisa menemaniku bermain ketaman bersama kak Maria juga dan sisanya untuk mommy agar bisa pulang.

Hehehe.., aku deg-degan (^_^)

Malam yang ditulis didiari Angel adalah malam ini, tetapi belum sempat ia menyerahkannya pada ayahnya, ia lebih dulu berbaring lemah dikasur empuk yang bukan kamarnya. Sang ayah yang selesai membaca habis diari putrinya, tubuhnya bergetar dan terlihat tetesan warna merah jatuh ke diari putrinya. Itu adalah darah dari bibirnya yang digigit menahan amarah penyesalan yang teramat sangat menderanya.

Dibalik akhir diari itu, ada satu slip yang bertuliskan gaji diatasnya. Ternyata itu slip gaji sang ayah selama sebulan kerja. Angel yang memang sangat ingin agar daddynya bisa menemaninya, mencuri selembar slip gaji ayahnya. Lalu dia menghitung sendiri berapa sehari yang harus dia bayar kepada ayahnya agar bisa membeli waktu sehari ayahnya dan menemaninya bermain ketaman impiannya.

Itulah mengapa selama setahun Angel bersabar tidak meminta ayahnya menemaninya. Itulah mengapa dia rela tidak diantar ayahnya kesekolah agar dia bisa menjual lebih banyak kue-kuenya disekolahnya. Itulah mengapa kakinya lecet dan berdarah karena menjajakan kuenya kerumah-rumah sebeluk kesekolah. Semua itu dilakukannya semata-mata hanya ingin ayahnya menemaninya walaupun cuma sehari saja. Dan dia tidak ingin merugikan ayahnya, dia ingin membayarnya.

Dengan perasaan yang hancur lebur, sang ayah hanya menanggis dengan lirihan yang sangat menyayat hati. Dengan tangan yang bergemetaran, sang ayah menaikkan sedikit selimut yang menyelimuti kaki putri kecilnya. Ketika dilihat kaki kecil mungil itu, terlihat banyak bekas luka yang telah mengering menghias kaki malaikat kecilnya. Disaat anak-anak lain seusianya lagi bersenang-senang menikmati masa kecilnya dan merawat tubuhnya dengan baik, putrinya justru harus melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan setelah dia dewasa.

Penyesalan memang datang terlambat, tetapi setiap manusia diberi kesempatan lain untuk memperbaikinya. Begitu juga sang ayah yang telah menyadarinya.

Saat tenggelam dalam penyesalan dan tanggisnya, putrinya yang sedari tadi terlelap terbangun mendengar isak tanggis ayahnya. Kepolosan putrinya justru menambah penyesalan sang ayah. “Daddy…”, panggilnya masih lemah, “Mengapa daddy menanggis…?”, lanjutnya sambil berusaha tersenyum. Tangan kecilnya mencoba meraih tangan ayahnya hendak menghiburnya.

“Angel tidak apa-apa daddy…, maaf ya kalau Angel membuat daddy menanggis…”, katanya lagi mencoba berusaha bangun. Sang ayah tidak mampu menahan gejolak perasaannya lagi, dipeluknya malaikat kecilnya itu dan dikecup berkali-kali dengan penuh sayang.

“Tidak sayang, daddylah yang harus meminta maaf padamu…, maafkan daddy ya, maafkan daddy sayang…”, isak sang ayah begitu menyesal sekaligus bangga mempunyai seorang putri yang begitu peduli padanya.

“Daddy…”, panggil Angel dengan suara pelan.
“Iya sayang, ada apa?”, tanya sang ayah masih tetap memeluknya.
“Boleh tidak aku meminta sesuatu, cuma kali ini saja daddy…, aku janji setelah itu aku tidak akan meminta apa-apa lagi…”, tanya Angel dengan sedikit ragu-ragu. Sang ayah melepaskan pelukannya. Dibaringkannya kembali putrinya itu kekasurnya. Kali ini, pandangan sang ayah begitu lembut dan penuh kasih. “Boleh sayang, apa saja…, apa saja sayang…, semua permintaan Angel akan daddy kabulkan”.

“A…, akukan sudah menabung… Tapi tabunganku tidak banyak. Aku ingin membayar daddy satu hari untuk membawaku dan kak Maria main ketaman. Kapan harinya  daddy yang tentukan asal daddy tidak sibuk. Aku sudah menghitungnya dan aku rasa tabunganku cukup untuk membayar daddy satu hari. Nanti uang kak Maria aku yang akan membayarnya setelah aku tabung lagi ya…”, kata putrinya dengan mata berbinar-binar memohon.

Seandainya kebahagiaan bisa dibeli dengan uang, maka kebahagiaan inilah mungkin paling tinggi harganya diatas dunia. Dengan air mata yang masih membasahi wajahnya, sang ayah menjawab putri semata wayangnya yang berhati mulia.

“Sayang…, tabunganmu itu tidak hanya membeli satu hari daddy saja, tapi membeli setiap hari daddy sampai daddy tua dan tidak bisa menemanimu lagi.  Angel juga tidak perlu menabung lagi untuk kak Maria, asal Angel bahagia siapapun boleh Angel ajak bersama…”, jawab sang ayah mengecup sayang putrinya.

“Benar daddy? Daddy janji? Daddy tidak sibuk lagi kan?”, tanya putrinya hendak melompat saking senangnya. “Iya sayang, makanya cepat baikkan ya…, besok kalau Angel sudah sehat, kita ajak kak Maria ketaman ya…”, jawab sang ayah tersenyum ramah dengan raut wajah yang sangat bahagia.

“Horeee….”, teriak kecil Angel. “Terimakasih daddy…, terimakasih…, aku sayang sekali sama daddy…”, kata Angel sambil menarik wajah ayahnya dengan kedua tangan mungilnya dan mencium pipi ayahnya. Sang ayah juga membalas kecupan putrinya. Lalu putrinya mengecup kembali pipi ayahnya. Sang ayah tidak mau kalah, ia kembali mengecup pipi putrinya. Itu dilakukan mereka berdua untuk beberapa lama. Tawa bahagia menghias malam mereka.

Sebuah pelajaran berharga bagi sang ayah, sebuah kado terindah bagi malaikat kecilnya.

Apa inti cerita diatas? Ah, saya rasa semua telah mengetahuinya dan saya tidak perlu menjelaskannya.

:)

Teh dan air hitam pekat


Suatu hari, seorang pemuda datang kepada seorang pertapa untuk meminta nasehat bijaknya. Pemuda ini dari perawakkannya adalah seorang pengusaha. Pakaiannya rapi dan ia datang dengan mengendarai mobil mewah.

“Guru, aku ingin bertanya satu hal padamu”, kata pemuda tersebut memberi hormat seadanya. Suaranya terdengar bergetar seperti menahan amarah yang hendak meledak daripadanya.

“Baiklah, dan apa masalahmu anak muda?”, tanya sang guru ramah sambil mempersilakannya duduk. Pemuda ini tidak mengubris tawaran sang guru dan pemuda ini terlihat uring-uringan tidak sabaran. Lalu diapun meluapkan emosinya.

“Guru, aku benar-benar tidak mengerti jalan pikirian istriku. Dia begitu keras kepala dan selalu membantah apa yang kukatakan padanya. Padahal aku tahu apa yang dilakukanya salah, tapi sedikitpun nasehatku tidak digubrisnya”.

“Mengapa kamu berkata begitu?”, tanya sang guru sambil memainkan jenggotnya. Continue reading

Aku dan temanku


Seringkali aku bertanya, “Mengapa aku tidak bisa seperti mereka yang dilahirkan dengan segala kemewahan? Tidak perlu susah payah bekerja bekeringatan. Tidak perlu menanggis disudut ruangan menahan olokan”, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Aku juga rajin beribadah. Aku setiap hari berdoa. Aku selalu berusaha, aku bahkan rela bekerja dua kali lebih lama. Tetapi, mengapa aku selalu tidak jauh dari tempatku sekarang berada?

Ketika aku ingin memarahi dunia, bos yang semena-mena, rekan kerja yang pemaksa, teman yang durhaka, keluarga yang keras kepala bahkan pasangan yang selalu memberi luka, aku selalu teringat kata seorang teman yang kukenal dulu saat berkenalan dengannya dibangku taman kota.

Dia mengatakan, “Kekayaan tidak diberikan padamu hanya karena kamu menginginkannya. Seberapa giat kamu bekerja dan berdoa, ada hal didunia ini yang kita tidak mengerti dan menjadi misteri Tuhan mengapa kita tidak diberi. Kamu hanya perlu MENYESUAIKAN MATAMU untuk melihatnya saja”.

Ya, aku setuju dengan katanya. Tetapi siapapun bisa mengatakan itu setelah memiliki segalanya bukan? Jika seandainya temanku itu diposisiku sekarang, akankah dia berkata hal yang sama denganku.

Aku bisa mengatakan demikian karena aku mengetahui temanku ini telah mempunyai segalanya. Rumah dan mobil mewah. Kerajaan bisnis yang sudah tidak perlu diurusnya. Status yang membuat orang mengenalnya merendahkan kepala, serta dua penjaga yang selalu menemaninya.

Dia tertawa kecil ketika aku membela penjelasanku padanya.”Memang benar apa yang kamu katakan. Aku memang tidak berada diposisimu sekarang, tetapi bukan berarti aku tidak pernah merasakan posisimu teman”, jawabnya ramah.

“Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Aku juga sama rajinnya beribadah denganmu. Bahkan jika aku boleh berbangga, mungkin doaku dua kali lebih banyak darimu. Tetapi, seperti yang kamu katakan juga teman, aku tidak mendapatkan apa yang kuinginkan”.

“Aku tahu wajahmu sekarang pasti mengernyitkan dahi tidak percaya apa yang barusan kukatakan, dan aku juga tidak memaksa kamu harus percaya. Aku juga yakin kamu pasti mempunyai banyak pertanyaan bagaimana aku bisa mempunyai segalanya dan terlihat bahagia bukan?”.

“Percayalah, bukan segalanya itu yang membuatku bahagia, tapi aku MEMPERCAYAI BAHWA AKU BISA BAHAGIA SEKALIPUN AKU TIDAK MEMPUNYAI APA-APA. Yang harus kamu lakukan hanyalah sedikit memaksa kepalamu melihat kekiri atau kekanan setelah itu berjalanlah kedepan, jangan terus melihat kebelakang”.

Kata-katanya indah bukan?. Sebuah nasehat yang terdengar bagus sekali. Bukankah aku telah berjalan kedepan selama ini? Tetapi mengapa aku selalu tertinggal dibelakang dan direndahkan?

Aku bahkan siap berlari tanpa perlu dipaksa asalkan aku bisa memiliki segala kemewahan. Aku bosan dengan kemiskinan yang menderaku. Aku bosan direndahkan mata yang memandangku. Aku ingin menang. Aku ingin buktikan bahwa aku juga bisa seperti mereka.

Belum selesai aku membela “kebenaranku”, temanku tertawa kecil. Aku bingung dan tersinggung. Tetapi justru dalam keadaan terbawa perasaan itu aku mengetahui kebenaran yang baru, yang membuka mataku.

“Kalau begitu, maukah kamu bertukar posisi denganku? Aku memberikan segala kemewahanku dan kamu memberikan segala yang kamu sebut kekurangan itu?”, tanyanya tersenyum ramah sambil memandangi angkasa.

Aku hampir tidak percaya mendengar apa yang barusan dikatakannya. Dia ingin bertukar posisi denganku yang hidup dalam kekurangan yang aku sendiri bosan dan mau kutinggalkan?

Apakah dia tidak tahu betapa tidak bahagianya aku diposisi itu? Dan yang membuatku lebih heran dan ingin tertawa dia mengatakan langit sangatlah cerah. Apakah dia tidak merasakan hembusan angin yang cukup dingin dan tetes air hujan mulai menjatuhi wajahnya? Seakan bisa membaca pikiranku, dia berkata padaku.

“Setiap hari itu indah. Sayangnya, aku tidak bisa menikmatinya”.

Lalu dia membuka kacamata hitamnya. Mata temanku buta.

“Sekarang, maukah kamu bertukar posisi denganku?”, tanyanya ramah. Aku terdiam.

“Bagaimana teman? Aku punya segalanya yang selalu kamu mintakan pada Tuhan. Rumah yang seperti istana. Mobil puluhan kelas mewah. Status yang membuat orang merendahkan kepala. Kerajaan bisnis yang membuatmu semakin kaya. Harta benda yang puas kamu gunakan sampai lelah, dan aku dengan senang hati bertukar posisi denganmu?”, lanjutnya tersenyum dan sungguh-sungguh.

Aku kehilangan “kebenaranku”. Aku kehilangan kekuatan membela “kebenaranku”. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku MENOLAK “segalanya” itu yang tidak pernah absen dalam doaku. Temanku menepuk bahuku. Lalu dia meminta padaku agar menemaninya sebentar sebelum kami berpisah. Kemudian dia mengeluarkan sebuah dompet yang terlihat cukup tua.

“Maukah kamu membantuku membuka dompet tua itu untukku?”, tanyanya ramah. Aku mengiyakan dan kubuka. Ada gambar seorang wanita disisi kirinya, dan ada gambar seorang gadis kecil kira-kira berumur 5 tahun disisi kanannya. Aku langsung tahu bahwa ini istri dan putrinya ketika melihatnya.

“Itu istri dan putriku teman. Dan aku tidak bermaksud untuk memamerkan mereka padamu. Apakah putriku cantik teman? Bisa ceritakan padaku bagaimana rupa putriku?”, tanyanya tersenyum lagi dan terlihat bahagia. Aku akhirnya mengerti apa maksud temanku ini memperlihatkan dompetnya padaku. Mataku berkaca-kaca.

“Iya teman…, putrimu cantik sekali. Bola matanya biru seperti mamanya. Rambutnya pirang keemasan. Giginya sudah tumbuh beberapa dan tertawa sangat cantik sekali…, cantik sekali teman…”, kata-kataku mulai bergetar. “Dia me…, memakai pakaian yang seperti malaikat…, cantik sekali teman…, sungguh cantik sekali…”, aku tidak mampu melanjutkannya.

Temanku mengusap matanya. Aku tidak berani bertanya apa yang sedang dilakukannya, tapi aku sangat tahu apa yang sedang dilakukannya.

“Terimakasih teman…, terimakasih… Adalah sebuah kebahagiaan sempurna ketika kita bisa melihat putri kita bertumbuh besar dan menemaninya. Sayangnya, aku tidak bisa teman…”, jawabanya sambil melihat padaku dengan raut wajah yang pilu.

“Ketika kamu berkata bahwa kamu tidak bahagia karena belum mempunyai segala yang mewah yang kamu inginkan seperti ada padaku, maka, aku akan dengan senang hati bertukar denganmu. Dan jika itu bisa benar-benar bisa terjadi, hal pertama yang akan kulakukan adalah berlari secepat mungkin menemui putriku…”, lanjutnya tersenyum. Aku tahu dia sedang membayangkan kebahagiaan itu.

“Teman, kamu mempunyai fisik yang utuh, itulah KEKAYAAN. Belum pernah kutemui orang yang mau menukar bagian tubuhnya hanya untuk menjadi kaya. Mungkin ada yang melakukannya, tapi aku yakin mereka melakukannya bukan karena ingin menjadi kaya melainkan demi hal lainnya”.

“Dulu aku juga berdoa kepada Tuhan agar mataku dikembalikan. Aku berjanji akan mengikuti-Nya seumur hidup dan melakukan semua perintah-Nya. Tetapi lihat aku, apakah aku bisa melihat kembali? “.

“Aku juga pernah bertanya sepertimu mengapa Tuhan begitu tega mengambil mataku. Mengapa bukan kekayaanku. Mengapa bukan rumahku. Mengapa bukan mobil mewahku. Mengapa bukan harta bendaku, tetapi malah mataku? Dan jawaban apa yang kuterima? Tidak ada, tapi aku tahu ada MAKSUDNYA dibalik semua bencana”.

“Teman, ini hanyalah nasihat dari orang buta saja. Dunia ini setiap hari indah, bahkan dunia itu sendiri indah dan bahagia. Bedanya tergantung BAGAIMANA kamu melihatnya dan MEMAKAI MATA apa melihatnya”.

“Kadang, untuk melihat terang kamu tidak harus selalu membuka mata. Kadang kamu perlu menutup mata fisikmu sebentar dan melihat terang itu dengan mata hatimu”.

“Dan kadang, untuk melihat gelap kamu tidak harus menutup mata apalagi sampai kehilangan mata. Seringkali mereka yang justru bisa melihat dengan jelas menjadi “buta” karena “silau” dengan apa yang dilihatnya”.

“Nikmatilah dan syukurilah KEKAYAANMU teman. Pergunakanlah untuk kebaikkan. Janganlah bertanya pada Tuhan mengapa Dia tidak memberikan apa yang kamu inginkan, tetapi bertanyalah APA YANG BISA KAMU BERIKAN. Lagipula, tanpa kamu meminta Tuhan sudah tahu apa yang kamu inginkan”.

“Semua bisa memberi dengan kekayaan mereka dan itu baik maksudnya, tetapi mereka yang memberi dalam kekurangannya itulah yang disebut ISTIMEWA. Dan yang kutahu, bonusnya selalu bernama BAHAGIA”, peluk temanku hangat dan kamipun berpisah.

“Kebenaran” lamaku tergantikan kebenaran yang baru.

Apakah aku berubah setelah mendapat kebenaran baru itu? Jawabannya Ya dan Tidak.

Ya, karena aku akhirnya mengerti untuk menjadi bahagia kita tidak perlu harus mempunyai segalanya dan mengapa Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Tuhan ingin kita belajar sesuatu terutama menjadi “guru kehidupan” bagi lainnya seperti yang dilakukan temanku.

Tidak, karena aku ini hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari segala dosa dan salah. Aku masih mengeluh ketika beban pundakku melebihi kuat kakiku. Tetapi dibandingkan dulu, aku yang sekarang tahu bagaimana meringankan beban itu. Tidak dengan mengerutu sana-sini seperti dulu, tapi MENSYUKURI aku masih bisa “mengangkatnya” dan UTUH. Dan aku percaya, ketika saatnya tiba, segala usaha dan kebaikkan itu akan dilipatkan Tuhan bagi kita nantinya.

Terimakasih teman.